Home > Risalah

Puasa Syawal 'Lebih Berat' dari Ramadhan, tapi Pahalanya Luar Biasa

Tidak banyak yang telah berpuasa Ramadhan sebulan penuh, dapat melanjutkan lagi dengan puasa Syawal selama enam hari.
Seusai Ramadhan, masjid-masjid sepi kembali. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Seusai Ramadhan, masjid-masjid sepi kembali. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id – Setelah menjalani ibadah Puasa Ramadhan, umat Muslim masih harus menghadapi puasa sunnah yang ditekankan yakni Puasa Syawal. Puasa di bulan Syawal selama enam hari dimulai sehari setelah hari Idul Fitri hingga akhir bulan itu, dirasakan ‘lebih berat’ dari bulan Ramadhan sebulan penuh. Tapi, pahalanya luar biasa.

Bagi kaum muslimin yang telah mengerjakan puasa Ramadhan, ditekankan untuk melanjutkan puasa syawal enam hari berturut-turut atau berselang. Kenapa dikatakan ‘lebih berat’? Justru itu pahalanya luar biasa. Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) bersabda:

“Barang siapa puasa Ramadhan, kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka seakan-akan dia puasa sepanjang tahun,” (HR. Imam Muslim).

Betapa luar biasanya, hanya enam hari puasa syawal setelah puasa wajib Ramadhan, mendapat ganjaran puasa sepanjang tahun. Diketahui, dalam setahun terdapat 12 bulan atau rata-rata 365 hari. Siapa yang sanggup puasa setahun penuh?

Bukankan puasa wajib sebulan penuh (bisa 29 bisa 30 hari), atau puasa sunnah Senin dan Kamis (dua hari sepekan), dan tengah bulan hijriah (2 atau tiga hari), dan puasa Nabi Daud (sehari puasa sehari tidak). Dalam hadist itu disebutkan sepanjang tahun, boleh jadi setahun atau setahun berikutnya.

Dalam kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Asqalani, disebutkan puasa atau syiyam dalam bahasa Arab artinya menahan diri. Sedangkan menurut istilah syara’ artinya menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbitnya fajar sampai dengan terbenamnya matahari disertai niat bagi orang yang sudah sewajibnya menjalankannya.

Baca juga: Segenggam Garam Lebih Baik dari Peminta-minta

Berpuasa ini tidak saja diperintahkan kepada umat Nabi Muhammad SAW, tapi sudah diperintahkan pada umat sebelumnya. Seperti firman Allah Subhanahuwata’ala (SWT):

“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah: 183).

Baca juga: Andai Engkau Tahu, Niscaya Sedikit Tertawa Banyak Menangis

Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, puasa berarti menahan diri dari makan dan minum serta berhubungan suami-istri (yang dihalalkan) dengan niat yang tulus karena Allah SWT, karena puasa mengandung penyucian, pembersihan, dan penjernihan diri dari kebiasaan-kebiasaan jelek dan akhlak tercela. Tujuan dari puasa adalan menjadi orang bertakwa kepada Allah SWT.

× Image