Al Fatih Acungkan Belati Marah dengan Gurunya, Apa yang Terjadi?
Dua kali Al Fatih mengutus menterinya menghadap murobbinya, untuk mencari solusi dalam menghadapi pasukan Byzantium yang canggih tersebut. Menteri utusan kedua Al Fatih hanya membawa surat penting dari murobbi kepada muridnya Al Fatih.
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang memberikan kemuliaan, dan kemenangan. Bagi beberapa orang Muslim, kedatangan bantuan kapal perang itu telah menimbulkan patah hati dan cercaan. Sebaliknya bagi orang-orang kafir peristiwa tersebut menimbulkan perasaan senang dan gembira.
“Yang pasti, seorang hamba hanya bisa merencanakan, Allah-lah yang menentukan. Keputusan ada di tangan Allah. Kita telah berserah diri kepada Allah dan telah membaca Alquran. Semua itu tidak lain adalah seperti rasa kantuk. Kelembutan Allah ta’ala telah terjadi sehingga muncullah berita-berita gembira yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tulis sang murobbi dalam sepucuk suratnya kepada Al Fatih.
Kabar berita dari Murobbi membuat Al Fatih dan pasukkannya mulai tenang. Mereka semangat melanjutkan perang melawan pasukan Byzantium di Konstantinopel. Sebelum menaklukkan Konstantinopel, Al Fatih mendatangi gurunya di kemah. Sembari mencium tangan gurunya, Al Fatih memohon gurunya dapat mengajari doa agar Allah memberi taufik kepadanya. Gurunya mengajarinya. Setelah itu, ia memerintahkan pasukan menyerang musuh.
Tapi, sebelum itu, di hadapan pasukannya, dia berharap gurunya bersamanya berperang. Al Fatih mengutus orangnya ke kemah gurunya. Tapi, gurunya berpesan pada pengawalnya dilarang ada orang lain masuk kemahnya. Gagallah utusan Al Fatih untuk mengajak gurunya berperang.
Al Fatih marah. Ia beranjak dari tempatnya dan mendatangi kemah gurunya tersebut. Penjaga kemah Syaikh Aaq Syamsuddin, tetap mencegah dan melarang Sulthan Al Fatih masuk kemahnya. Kemarahannya meningkat, Al Fatih mengeluarkan sebilah belati dan menyanyat bagian dinding kemah. Apa yang dilihatnya di dalam kemah?
Sang guru sedang bersujud di tanah sangat lama. Sorban gurunya terlepas dari kepala, rambutnya yang putih terurai di tanah. Jenggotnya yang putih juga menyentuh tanah. Al Fatih tertegun kaku. Kemarahannya mencair.
Setelah Al Fatih menunggu lama, akhirnya, sang guru bangkit dengan air mata yang bercucuran deras masih terlihat di pipinya. Sang guru bermunajad kepada Allah SWT agar peperangan Al Fatih dan pasukannya Allah turunkan pertolongan dan berikan kemenangan dalam waktu dekat.
Setelah itu, pasukan Islam menyerang dan menembus parit, pagar, dan tembok-tembok benteng pertahanan musuh di Konstantinopel dari berbagai arah. Akhirnya, pasukan Daulah Utsmani pimpinan Al Fatih menguasai kota Konstantinopel. Bangunan Hagia Sophia dikuasai Al Fatih dan mewakafkan untuk umat Islam sebagai masjid. Bertindak sebagai khotib dan imam pertama Shalat Jumat gurunya tadi.
Sulthan Muhammad Al Fatih berkata, “Kegembiraanku bukan karena penaklukkan kota Konstantinopel. Akan tetapi, kegembiraanku karena adanya LAKI-LAKI (gurunya) ini pada zamanku.” Barokumullah Al Fatih beserta pasukan dan murobbi-nya. (Mursalin Yasland)