Istri dan Anak Menjadi Musuhmu, Berhati-hatilah!
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Dan barang siapa yang melakukan hal tersebut, maka itulah orang-orang yang merugi,” (QS. Al-Munaafiquun: 9).
Menurut tafsir Ibnu Katsir, barang siapa yang teperdaya dengan kenikmatan dunia dan perhiasannya dengan melupakan diri untuk berbuat taat dan berdzikir (mengingat) Allah SWT, maka dia termasuk orang-orang yang benar-benar merugi. Rugi disini rugi dalam keluarga dan pada hari kiamat kelak.
Baca juga: Segenggam Garam Lebih Baik dari Peminta-minta
Banyak para orang tua terutama seorang ayah yang tergelincir dari berbuat yang dilarang agama dikarenakan berhasrat penuh mengejar harta kekayaan dan keinginan anak-anaknya.
Allah SWT memerintahkan dalam Al-Quran Surah At-Taghaabuun ayat 14 kelanjutnya, “... Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka (istri dan anak-anakmu).”
Berhati-hati disini dimaksudkan tetap terus waspada dengan istri dan anak-anaknya, karena jelas dalam Al-Quran keduanya boleh jadi musuh baginya dalam sebuah keluarga. Ibnu Zaid mengatakan, maksud berhati-hati disini terhadap agama kalian (agar tidak melalaikan perintah dan larangan dalam agama).
Mujahid, seorang ulama tafsir dari kalangan tabi’in mengatakan, seorang lelaki (suami) dapat terseret dari pemutusan tali silaturrahmi dalam keluaganya dan dapat durhaka kepada Allah SWT. Hal tersebut terjadi, terkadang karena seorang lelaki (suami) tidak dapat atau tidak sanggup berbuat apa-apa karena telah dirasuki kecintaan dan rasa kasih sayang kepada istri dan anak-anaknya, padahal jauh dari perintah agama.
Baca juga: Andai Engkau Tahu, Niscaya Sedikit Tertawa Banyak Menangis
Ibnu Abi Hatim, ahli hadist merawi 18.040 hadist wafat tahun 327 H meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengatakan, ada para suami yang telah masuk Islam di Kota Makkah, mereka ingin bertemu Rasulullah SAW, karena banyak orang yang mendalami ilmu agama, namun istri-istri dan anak-anaknya melarang dan menolaknya.
Lantas, para suami tersebut bermaksud ingin menghukum istri dan anak-anak mereka karena melarang dan menolak untuk belajar ilmu agama. Maka, turun QS. At-Taghaabuuun ayat 14 kelanjutannya, “Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam sebuah keluarga, tidak saja istri-istri dan anak-anak menjadi musuh atau fitnah bagi kepala keluarga, tetapi juga harta. Allah SWT berfirman, harta benda dan anak itu adalah fitnah (QS. At-Taghaabuun: 15). Semoga kita semua kepala keluarga dijauhkan dari musuh dalam keluarga yang dapat melalaikan kita mengingat Allah SWT. (Mursalin Yasland)