Home > Ulasan

Rupiah Mengubah Wajah Dunia

Dunia tidak mengenal kata taat dan khianat.

Harga dunia memang menyesatkan sekaligus menyengsarakan. Rasa malu, harga diri, kehormatan keluarga dan institusi termasuk agama menjadi barang kuno dan langka pada era multidimensi ini. Gengsi kemanusiaan buta menjadi incaran. Kejujuran dan kemuliaan tidak lagi laku di pasaran. Moral atau adab dan spiritualitas sudah menguap dan kabur ditelan zaman. Yang ada gengsi dunia: harta dan tahta, serta wanita.

Negeri pertiwi sudah diujung tanduk. Segala teori ekonomi dan politik belahan dunia yang tersohor, bila diterapkan di Indonesia menjadi amburadul bahkan pontang panting tak terperi. Sikap mental dan perilaku masyarakat sudah berada di bawah tataran norma. Uang menjadi kiblat. Harga dunia tak lagi berbanding lurus dengan harga akhirat.

Menjadi pejabat negara tak lagi mengukurnya dengan nilai kemanusiaan dan kompetensi. Semua bergantung fulus. Ajang pilpres dan pilkada langsung dan serentak teori atau formulanya sudah mahfum bagi politisi dan kaum birokrat. Gerbong kandidat yang masih bernalar akal sehat akan tertinggal atau ditinggalkan jauh.

Semua diukur dan dinilai dengan dunia: berapa bagian saya atau saya dapat apa? Negosiasi di bawah meja dan meja makan masih berlaku: tidak ada makan siang gratis. Meskipun ada yang mengibarkan jargon makan siang gratis untuk merekrut suara kaum fakir miskin tapi tetaplah tidak segampang itu realitasnya apalagi harus nol rupiah.

Allah Subhanahuwata’ala (SWT) berfirman: “Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui,” (QS. Al-Ankabut: 64).

Kehidupan akhirat kekal dan hakiki. Sedangkan kehidupan dunia absurd dan sementara. Dunia artinya paling rendah dan hina penuh fitnah. Dunia berakhir dengan kemusnahan, karena dunia tidak senilai dengan sebelah sayap nyamuk.

“Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit,” (QS. At-Taubah: 38).

Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) sudah mengabarkannya bahwa dunia lebih jelek daripada bangkai. “Demi Allah, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian,” (HR. Muslim no. 2957).

Nabi SAW juga mengumpamakan bahwa dunia seperti setetes air yang melekat di jari, sedangkan akhirat samudra yang luas. (Lihat HR. Muslim, no. 2858 dan Ibnu Hibban, no. 4315). Nabi SAW menambahkan, dunia tidak berharga meskipun hanya seberat sayap nyamuk. (Lihat HR. At-Tirmidzi, no. 2320 dan Ibnu Majah, no. 4110).

Pantaslah, tanda-tanda akhir zaman telah nampak: kalau harga dunia sudah tak sebanding dengan harga akhirat. Prasangka keliru, yang menyebutkan dunia adalah segalanya. Jangan tertipu dengan kegelimangan dunia. Dunia boleh dicari, tapi akhirat jangan dilupakan. Saat hidup, dunia adanya nyata akhirat cerita, ketika mati akhirat nyata dunia tinggal cerita. Allahu’alam bishawab.

× Image