Gubuk Seng, Menyimpan Duka Tsunami Krakatau
Bencana tsunami krakatau enam tahun lalu masih meninggalkan bekas kerusakan dan menyimpan duka mendalam. Masih terdapat beberapa pohon besar yang diperkirakan usia ratusan tahun di tepi bukit tercerabut dari akarnya menjadi saksi. Sebagian warga telah membangun kebali gubuk-gubuk atau pondokan di dalam kebunnya setelah disapu gelombang tsunami.
Sebelum terjadi tsunami krakatau, warga lokal dan pendatang termasuk orang bule (manca negara) menelusuri perairan di sekitar Pulau Sebesi dengan perahu motor. Salah satu tempat terfavorit pengunjung yakni di bawah bukit Gubuk Seng. Tempat ini bukan seperti pantai berpasir, tapi dipenuhi hamparan batu karang.
Ombak menghempas dari perairan laut lepas dekat GAK tertahan di sekumpulan batu karang. Tempat ini banyak dijadikan pengunjung untuk memancing dan juga berekreasi menikmati keindahan alam GAK dari dekat asalkan cuaca cerah atau tidak mendung maupun hujan.
Bagi yang ingin berkunjung lewat jalan darat, dapat menempuh Gubuk Seng menggunakan atau menyewa motor penduduk dari Desa Tejang sekira 20 menit. Perjalanan ke Gubuk Seng meniti jalan setapak dan berliku menanjak dan menukik mengiringi perbukitan dan perkebunan warga.
Baca juga: Sekubal, Kuliner Khas Lampung yang Mulai Terasing
Pengunjung harus waspada karena saat berdiri di terumbu karang persis menghadap GAK. Terkadang ombak laut tinggi datang tiba-tiba meski cuaca cerah, sehingga dapat menggulung orang yang berdiri di hadapannya.
“Cuaca di sini tidak menentu, kadang tiba-tiba ombak besar dan tinggi, karena angin kencang. Jadi hati-hati kalau berdiri di karang, banyak kejadian,” kata Yusuf, tokoh masyarakat Pulau Sebesi.
Untuk lebih aman, ia menyarankan pengunjung tidak memaksakan diri untuk mendekati laut agar dapat menyaksikan GAK lebih nyaman. Pengunjung dapat menikmati pemandangan gunung di dekat Menara Pemantau GAK yang tak dipakai berada di kawasan Gubuk Seng. (Mursalin Yasland)