Alhamdulillah, Setahun Gunung Anak Krakatau 'Tertidur Pulas'
SumatraLink.id (REPUBLIKA NETWORK) – Alhamdulillah, tepat hari ini Senin (16/12/2024) selama setahun Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di perairan Selat Sunda (antara Lampung dan Banten) tidak pernah erupsi lagi. Terakhir GAK “batuk-batuk” pada 16 Desember 2023 pukul 10.24.
Berdasarkan laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui aplikasi Magma, yang dikutip SumatraLink.id pada Senin (16/12/2024), GAK mengalami erupsi pada Sabtu (16/12/2023) pukul 10.24. Erupsi GAK yang sempat menjadi perhatian warga di Banten dan Lampung tersebut terjadi kolom abu yang tingginya 1 km di atas puncaknya atau setinggi 1.157 meter dari permukaan laut.
Kolom abu vulkanis GAK terpantau saat itu berwarna kelabu dengan intensitas ketebalan mengarah ke Timur Laut. Selama Desember 2023, warga dikejutkan dengan aktivitas vulkanis GAK tiga sampai empat kali sehari. Aktivitas harian warga di luar rumah terganggu dengan debu abu vulkanis yang membuat mata pedih dan sesak pernapasan.
Sejak laporan tersebut dilansir, selama setahun terakhir aktivitas vulkanis GAK seperti ‘tertidur pulas’. Warga menyambut dengan rasa syukur melihat kondisi aktvitas GAK aman-aman saja selama tahun 2024. Sehari-hari, warga dapat beraktivitas sebagai nelayan meluat, sebagai petani ke kebun atau ladang.
“Alhamdulillah, tidak ada lagi letusan Gunung Anak Krakatau setahun ini. Biasanya, warga khawatir kalau terlihat malam hari lava merah dari gunung, siang hari abu dan asap hitam di langit,” kata Yusuf, warga Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan, beberapa waktu lalu.
Pulau Sebesi, pulau ini berada di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Pulau dengan luas 4.643 hektare terdekat dengan GAK di perairan Selat Sunda. Pada tahun 2023, penduduk Pulau Sebesi yang terdiri satu desa dan empat dusun tersebut sebanyak 2.771 jiwa (kampungkb.bkkbn.go.id).
Kejadian erupsi GAK setahun lalu, menurut Yusuf, warga harus menggunakan kaca mata dan masker bila keluar rumah. Reruntuhan debu vulkanis GAK menempel di atap dan lantai rumah warga. Sedangkan kondisi udara di luar rumah sangat tidak bersahabat dengan kesehatan tubuh manusia.
Ia menuturkan, bila terjadi letusan GAK disertai mengeluarkan percikan lava merah yang dapat dilihat dengan mata dari Pulau Sebesi, warga mulai khawatir dengan kejadian gelobang tsunami pada 22 Desember 2018. Kejadian yang menelan korban jiwa ratusan orang, ratusan rumah rusak, kapal dan perahu nelayan hayut terbawa gelombang.
Warga di Pulau Sebesi dan wilayah pesisir Kabupaten Lampung Selatan berharap aktivitas GAK pada tahun 2025 seperti sepanjang tahun 2024 tidak terjadi lagi letusan. Bila GAK normal, maka aktivitas warga terutama yang terdekat gunung juga merasa aman dari kejadian alam kerap menghantui mereka sebelumnya. (Emye)
Editor: Mursalin Yasland