Home > Risalah

Menjadikan Ta'awwun Solusi Masalah Dunia

Seperti yang terjadi pada saudara kita di Jalur Gaza dan Masjid al-Aqsa, kita saling ta'awwun baik dalam doa maupun material.
(Ilustrasi Foto: Dok Republika)
(Ilustrasi Foto: Dok Republika)

SumatraLink.id -- Siapa yang sanggup hidup sendiri di dunia ini? Nabi Adam as saja, Allah SWT memberikan pasangannya Siti Hawa. Hidup berpasang-pasangan menjadi sunnatullah di dunia ini. Artinya, satu sama lain saling membutuhkan, saling melengkapi.

Ada orang kaya pasti ada yang cukup (berkekurangan), ada yang senang pasti ada susah, ada orang diberikan sehat dan ada juga sakit. Bahkan, Allah swt telah menampakkan tanda-tanda kekuasan-Nya dengan adanya siang dan malam. Semua itu, membuat kita diajak berpikir, Allah menciptakan hal tersebut, tidak dengan sia-sia.

Begitulah kehidupan dunia, saling melengkapi. Semuanya berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, muda dan tua, sukses dan belum sukses. Tak ada yang perlu dicemburui, bila derajat seseorang belum sampai pada yang diinginkan.

Tak ada yang perlu disesali dengan takdir yang ada. Semua berproses, terus berputar. Lebih baik terus berharap kepada sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur alam sejagad ini, agar apa yang diberikan saat ini tetap dalam kerangka syukur dan sabar. Bersyukur bila mendapatkan kenikmatan, dan bersabar bila mendapat cobaan.

Dari semua itu, kontras dalam melihat pasangan tersebut membuat kita harus saling melengkapi dan saling mengisi. Istilah Agama Islam, ta'awwun, atau tolong menolong. Sikap ta'awwun ini hendaknya terus kita pupuk tanpa batas, karena sikap ini istimewa.

Manusia pada dasarnya makhluk yang lemah. Untuk itu, membutuhkan batuan. Selaku muslim, tentu untuk menjaga muruah (kehormatan), menjulurkan tangan kepada seseorang, lebih mulia dibandingkan menengadahkan tangan.

"Dan, manusia diciptakan Allah bersifat lemah," (QS. An-Nisa (4) :28).

Tinggal lagi, bagaimana kepekaan seseorang kepada sesamanya, jangan sampai orang terdekat atau saudara kita yang membutuhkan kita tidak peduli atau acuh. Kepedulian sesama manusia terlebih sesama saudara se-Muslim se-lingkungan atau se-dunia, lebih sangat dicintai Allah dan rasul-Nya.

Kelemahan manusia diantara manusia yang lain hendaknya menjadi kepekaan semua orang, tanpa terkecuali. Yang mampu peduli dan mengayomi yang tidak mampu, dan seterusnya.

"Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah kamu bertolong menolong dalam dosa dan permusuhan," (QS. Al-Maidah (5):2).

Sesama Muslim, kita bersaudara. Bila ada saudara muslim kita di dalam rumah kita, keluarga kita, tetangga kita, lingkungan kita, atau di negeri yang jauh dari kita terdengar kabar atau informasinya sedang membutuhkan bantuan, segeralah kita membantu sesuai kemampuan.

"Perumpamaan orang mukmin yang suka saling sayang, saling cinta, dan saling kasihnya adalah seperti jasad (manusia). Apabila salah satu anggota badan merasa sakit, maka anggota badan lainnya merasa sakit pula," (HR. Imam Muslim).

× Image