Sosok Penguasa yang Minta Doa Seorang Hamba Sahaya
Tibalah musim haji berikutnya. Rombongan jamaah haji dari suku Qorn (Negeri Yaman) memasuki kota Makkah. Umar yang setiap tahun menunggu rombongan tersebut. Amirul mukminin (pemimpin umat) itu bertanya kepada jamaah haji tersebut.
“Apakah ada dari rombongan antum bernama Uwais al-Qorni?” tanya Umar.
Beberapa rombongan ditanyai Umar, tapi jawabnya: tidak ada. Pada rombongan jamaah berikutnya, juga tidak ada. Hingga beberapa kali musim haji tiba, ada seorang yang mengatakan,
“Apakah Uwais yang Anda maksudkan ini,” tunjuk seorang jamaah kepada Uwais yang berada di belakang rombongan haji.
“Dia adalah pelayan kami, dia biasa membantu kami,” tutur jamaah lainnya menyebut perihal jati diri Uwais.
Bak pungguk merindukan bulan, hati Umar berbunga-bunga, bahagia. Orang yang dicari-cari bertahun-tahun, orang yang disebut-sebut Nabi Muhammad SAW akhirnya ketemu dan sudah berada di depannya.
Dipeluknya Uwais al-Qorni dengan tetesan air mata dan penuh kasih sayang. Uwais pun tak menyangka seorang amirul mukminin memeluknya, sedangkan ia seorang hamba biasa dan tak berpunya. Hidup hanya berdua bersama ibunya di lingkungan yang tidak peduli dengan nasibnya.
“Mintakan ampun kepada Allah untukku ya Uwais?” pinta Umar bin Khotob kepada Uwais berkali-kali.
Kali ini Umar bertawasul dengan Uwais, seorang hamba yang doanya mustajab dan makbul, langit pun bergetar, dan tiada penghalang ia dengan kholiqnya.
“Bukankah engkau amirul mukminin (pemimpin) ya Umar ibnu Khotob? Tentu engkau lebih berhak berdoa,” jawab Uwais.
Baca juga: Banyak Masalah? Jangan Melupakan Doa
“Tidak, tidak. Aku mintakan engkau yang berdoa kepada Allah, agar Allah ampuni aku, ampuni aku.”
Akhirnya, Uwais mendoakan agar Umar diampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya. Umar pun lega, setelah sekian lama menanti.