Home > Historia

Masjid Jami Al Anwar Dibangun Perantau Asal Bugis

Tokoh Bugis mengajak saudagar perantau lainnya membangun lagi masjid tua di Lampung tersebut.
Meriam tua, peninggalan di Masjid Jami Al Anwar di Telukbetung, Bandar Lampung. (Foto: Mursalin Yasland)
Meriam tua, peninggalan di Masjid Jami Al Anwar di Telukbetung, Bandar Lampung. (Foto: Mursalin Yasland)

SumatraLink.id -- Masjid Jami Al Anwar saat ini masih berdiri kokoh di Telukbetung, Bandar Lampung. Meski sudah berusia 185 tahun, masjid ini masih menyimpan sisa-sisa sejarah peninggalan masa silam. Siapa yang memotori pembangunan masjid tertua di Lampung ini?

Menurut Achmadi (70 tahun), perantau asal Madura yang kini menjadi petugas Masjid Jami Al Anwar, pembangunan masjid ini dimotori oleh seorang ulama keturunan Kesultanan Bone, Sulawesi Selatan, yang bernama Muhammad Saleh bin Karaeng.

Dari catatan sejarah Masjid Jami Al Anwar Telukbetung, tercatat nama Muhammad Saleh bin Karaeng sebagai salah satu tokoh yang menentang penjajah Belanda di Lampung.

Dalam hijrahnya dari tanah kelahirannya, Muhammad Saleh bin Karaeng beserta rombongan singgah di pesisir selatan Pulau Sumatra yang sekarang dikenal dengan Lampung. Diperkirakan, Muhammad Saleh dan rombongan adalah orang Bugis pertama yang berimigrasi ke Lampung.

Di tanah Bumi Ruwa Jurai (Lampung) ini, ia dan warga sekitar kemudian mendirikan sebuah mushala (surau) sebagai tempat ibadah, sekitar tahun 1839 M.

Ia juga dibantu tokoh-tokoh lainnya, seperti Daeng Sawijaya, Tumenggung Muhammad Ali, dan Penghulu Besar Muhammad Said. Mushala ini menjadi pusat ibadah dan pembinaan keagamaan warga, nelayan, dan pedagang.

Keturunan mereka kini terus berkembang dan umumnya mendiami wilayah teluk atau pesisir Lampung. Mushala, lanjut dia, menjadi pusat peribadatan dan pembinaan agama Islam bagi nelayan, pedagang, serta masyarakat setempat.

Baca juga: Masjid Jami Al Anwar Saksi Bisu Gunung Krakatau Meletus

Ketika Gunung Krakatau meletus pada Agustus 1883, kemudian tahun 1888 tokoh Bugis seperti Muhammad Saleh bin Karaeng dan Daeng Sawijaya, mengajak sejumlah saudagar perantau yang berada di Lampung.

Para saudagar perantau tersebut berasal dari Banten, Bugis, Palembang, Bengkulu, dan tokoh Lampung untuk membangun kembali dan menjadikan bekas mushala itu sebagai masjid. Bangunan baru itu pun dinamai Masjid Jami Al Anwar sampai sekarang.

SEJARAH PEMBANGUNAN MASJID JAMI AL-ANWAR

1839 == Didirikan sebuah mushalah

1883 == Letusan Gunung Krakatau meluluhlantakkan bangunan mushala.

1888 == Masjid dibangun kembali.

1962 == Dilakukan renovasi pertama.

1994 == Renovasi kedua.

1997 == Penambahan sejumlah bangunan.

Sumber: Koran Republika Ahad, 13 September 2009, penulis Mursalin Yasland.

Editor: Mursalin Yasland

× Image