Roehana, Perintis Pers Pembuka Tabir Gelap Perempuan
Sebagai guru bagi rekan sebayanya, yang akhirnya dijuluki “Goeroe Ketjil. Di Tanah Melayu, ia yang ‘memelekkan’ mata kaum perempuan Minangkabau dari buta huruf.
Ia mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia di Kota Gadang, Sumatra Barat. Banyak yang tak senang dengan kiprahnya, ia pun hijrah ke Bukit Tinggi dan juga mendirikan Roehana School. Roehana juga belajar tafsir Alquran terutama ayat-ayat tentang perempuan untuk menguatkan perjuangannya.
Selain mengajar di depan kelas, Roehana meluapkan pergerakannya melalui dunia tulis menulis. Dunia keperempuan Tanah Air menggelegar, melalui tulisannya di koran Oetoesan Melajoe milik Soeltan Maharadja.
Bersama Soeltan Mahardja, Roehana menerbitkan surat kabar “Soenting Melajoe” pada 10 Juli 1912. Ia pemimpin redaksinya. Surat kabar ini menjadi hari bersejarah koran di Indonesia bagi kaum perempuan.
“Ambo ingin melalukan sesuatu untuk mengubah perlakuan tidak adil terhadap perempuan, terutama di bidang pendidikan dan pekerjaan,” demikian cita-cita Roehana Koeddoes yang wafat di Jakarta usia 88 tahun.
Sebagai balas jasanya, Roehana dianugrahi penghargaan “Wartawan Pertama” dari Pemerintah Provinsi Sumatra Barat pada 17 Agustus 1974. Dia juga dianugrahi pengharagaan “Perintis Pers Indonesia” oleh Menpen Harmoko pada HPN 9 Februari 1987.
Pemerintah Indonesia mendeklarasikan Roehana Koeddoes sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Keppres Nomor 120/TK/2019 dan diberikan kepada cucunya sebagai ahli waris pada hari berikutnya. Dua tahun kemudian, dia dirayakan di Google Doodle. (Mursalin Yasland)