Belajar Sedekah dari Perang Tabuk
Selanjutnya, donasi datang dari sahabat Abdurrahman bin Auf dengan sedekah 200 uqiyah perak setara 8.000 dirham. Para sahabat lain menyusul menyerahkan hartanya cukup banyak seperti Al-Abbas, Thalhah, Sa’ad bin Ubadah, dan Muhammad bin Maslamah. Sedangkan Ashim bin Adi menyerahkan 90 wasaq (1 wasaq 60 sha, 1 sha 4 mud, 1 mud setara dua telapak tangan penuh) jadi setara 21.600 mud.
Pada saat pengumpulan donasi sedekah ini, semua umat muslim bersedekah kecuali kaum munafik. Sedekah umat muslim kala itu ada yang satu atau dua mud, ada kaum perempuan yang menyerahkan perhiasan seperti gelang, kalung, cincin, dan anting.
“(Orang-orang munafiklah) yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela, dan mereka pun menghina orang-orang yang tidak memperoleh (apa yang disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya,” (QS. At-Taubah: 79).
Baca juga: Sebab Puasa Ramadhan Masuk Surga Lebih Dulu dari Mujahid
Dari kisah Perang Tabuk ini, kita banyak belajar ghiroh (kesungguhan) para sahabat dan kaum muslimin kala itu dalam bersedekah meskipun dalam kondisi paceklik dan belum musim panen. Orang yang bersedekah jelas akan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir (terdapat) seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniah-Nya) lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al-Baqarah: 261).
Tidak sia-sia sedekah. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, perumpamaan harta kekayaan yang diberikan kepada Allah SWT tujuannya hanya mencari keridhaan-Nya. Hal ini karena satu kebaikan akan dilipatgandakan mulai dari 10 sampai 700 kali lipat atau bahkan lebih dari itu sesuai dengan kehendak Allah, kecuali puasa.
Berkaitan dengan puasa, Nabi SAW bersabda dari Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, “Kecuali puasa, karena ia untuk-Ku, dan Aku akan memberikan pahal atasnya.”
“Jauhilah neraka walaupun dengan bersedekah sebelah butir kurma, maka siapa saja yang tidak mendapatkannya, maka hendaklah (bersedekah) dengan kata-kata yang baik,” (HR Bukhari dan Muslim).
Sedekah atau infak sesuai dengan kemampuan apalagi pada bulan Ramadhan yang dilakukan orang berpuasa. Bahkan sedekah dengan separuh butir kurma dan ucapan yang baik saja, sudah cukup untuk terbebas dari masuk neraka. Allahua’lam bishawab. (Mursalin Yasland)