Home > Kisah

Petani Damar Pesisir Selatan, Hidup Segan Mati Jangan (Bag. 2/Habis)

Warga terpaksa menebang pohon damar usia ratusan tahun karena harga anjlok, sedangkan kebutuhan hidup mendesak.
Warga terpaksa menebang pohon damar warisan nenek moyang. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Warga terpaksa menebang pohon damar warisan nenek moyang. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id, Lampung -- Kawasan hutan damar di Lampung hanya ada di dua kecamatan yakni Pesisir Tengah dan Pesisir Selatan (dulu masuk Kabupaten Lampung Barat). Sebelumnya, diperkirakan luasnya lebih 50.000 hektare (ha), berbeda dengan data Menteri Kehutanan hanya 29.000 ha. Pohon-pohon damar tersebar secara sporadis di lahan-lahan warga, tanah adat, hutan produksi terbatas, bahkan ada di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Damar Krui (nama Krui, ibukota Kabupaten Pesisir Barat) menjadi terkenal di dunia. Namun, petani damar tak pernah terangkat taraf perekonomiannya. Pasalnya, harga damar berfluktuatif. Tingginya harga tak juga membuat ekonomi petani damar sejahtera, karena sistem pemasarannya masih mengandalkan tengkulak secara tradisional.

Dalam perdagangan internasional, damar yang dihasilkan pohon yang masuk famili Dipterocarpaceae. dikenal jenis-jenisnya yaitu damar mata kucing, damar merah dan damar hitam. Pemungutan masih dilakukan secara sederhana dan tradisional yaitu dengan penyadapan kulit batang, getahnya dibiarkan dua pecan hingga 3 bulan.

Damar ini berguna sebagai bahan baku korek api, plastik, plester, vernis, lak, campuran aspal. Bahkan, larutannya dalam chloroform dapat dipakai untuk mengawetkan binatang dan tumbuhan, termasuk juga bahan baku kosmetik. Produk ini diekspor ke Arab Saudi, India, Malaysia, bahkan ke Amerika.

Petani damar hanya bisa bertahan hidup dengan harga tak menentu. Di era Orde Baru, harga damar hanya pada kisaran Rp 5.000 hingga Rp 7.000 ribu per kg. Saat itu, harga damar melonjak berkisar antara Rp 10 ribu hingga Rp 17.000 ribu per kg berbagai kualitas. Damar kualitas asalan saja dibeli Rp 11 ribu per kg, kualitas AB ekspor Rp 18 ribu per kg, kualitas AB bagus Rp 16.500 per kg, kualitas CD Rp 16 ribu per kg, kualitas CK Rp 15 ribu, kualitas EE Rp 11 ribu, kualitas berdebu Rp 10.500 per kg.

Baca juga: Petani Damar Pesisir Selatan, Hidup Segan Mati Jangan (Bag. 1)

Dengan getah damar sebenarnya mampu memacu ekonomi petani damar tumbuh. Namun sayangnya potensi tersebut belum sepenuhnya bisa dinikmati petani. Terutama persoalan kesenjangan harga ditingkat petani dan pasar internasional. Hal ini disebabkan kualitas damar yang dihasilkan konon belum digarap secara maksimal sehingga nilai jualnya masih rendah. Akibatnya harga yang dinikmati jauh lebih kecil dari harga yang berlaku di dunia internasional.

× Image