Jangan Menjadi Orang Buta di Akhirat
Ketika seseorang sehat dan memiliki banyak waktu luang, masih muda dan enerjik, keberadaan Kitab Suci umat Islam Alquran sebagai pedoman dan petunjuk hidup agar selama di dunia dan akhirat diabaikan sama sekali. Padahal, Alquran solusi dalam kehidupan dunia dan akhirat, tapi kita lalai membaca, memahami, dan mentadabburinya, serta mengamalkannya.
Dapat diyakini, setiap orang atau dalam keluarga memiliki mushab (kitab) Alquran. Tapi, kitab tersebut hanya terpajang dan berdebu tidak pernah disentuh apalagi dibaca. Ironis lagi, bila ada keluarga yang sama sekali tidak memiliki Alquran apalagi tafsirnya, dan kitab hadist.
Padahal Agama Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril ‘Alaihiwassalam ini sudah sempurna setelah beliau SAW wafat.
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya,” (HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm).
Baca juga: Ingin Selamat Dunia-Akhirat, Jangan Sepelekan Nasihat Luqman
Dua perkara yang menjadi pedoman dan petunjuk umat menuju selamat di dunia dan akhirat, seharusnya dipegang erat-erat dan digigit kuat dengan geraham. Ketika kita buta dalam membaca Alquran, dan tidak berusaha untuk belajar dan mempelajari isi kandungan Alquran selama di dunia, maka kita akan menjadi orang yang buta di akhirat.
“Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar),” (QS. Al-Israa’: 72).
Dalam tafsir Ibnu Katsir, disebutkan Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid, dalam kehidupan di dunia buta yang dimaksud buta dalam hujjah (pedoman) Allah, ayat-ayat-Nya, keterangan-keterangan-Nya. Sedangkan buta di akhirat, maksudnya lebih tersesat dari jalan (yang sesat) atau lebih sesat dari hanya buta, sebagaimana seseorang hidup di dunia dulu. Na’udzubillahimindzalik!
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta,” (QS. Thaha: 124).
“Berkatalah ia, ‘Ya Rabb-ku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat (tidak buta),” (QS. Thaha: 125).
Baca juga: Saat Lapang dan Sempit, Rezeki Itu Ujian
Allah SWT berfirman, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini pun kamu dilupakan,” (QS. Thaha: 126).
Untuk itu, tidaklah seorang muslim yang telah diwariskan Nabi SAW dua perkara Alquran dan Hadist untuk dibaca, dipelajari, ditadabburi, serta diamalkan. Untuk siapa? Untuk diri kita sendiri ketika dihadapan Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa. Ingatlah, balasan akan setimpal dengan perbuatan. Allahua’alam bishawab. (Mursalin Yasland)