Belajar Doa dari Ibunda Jaber dan Sudais
Bagi yang biasa umrah atau berhaji dapat mendengarkan langsung ketika Syaikh Sudais menjadi imam di Masjid Al Haram. Alangkah mengalirnya pahala dari lisan Syaikh Sudais yang mendunia tersebut.
Dalam setiap waktu sholat, ratusan ribu bahkan jutaan umat menjadi makmumnya di Masjid Al Haram. Ia dikenal yang paling lama menjadi imam masjid terkemuka tersebut. Sejak usia 23 tahun, ia sudah diangkat jadi imam dan khotib.
Hingga sekarang, masih aktif, Masya Allah..!. Imam-imam Masjid Al Haram lainnya, sudah banyak yang 'mundur' dengan berbagai sebab baik fisik dan kesehatan.
Saat ini, selain masih menjadi Imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Syaikh Sudais, seperti dikutip dari Haramain Sharifain, sebagai Kepala Urusan Agama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang setingkat menteri sejak Mei 2012.
Kemahsyuran Syaikh Sudais tentu tak terlepas dari niat ibu kandungnya. Kisah Syaikh Sudais memang unik. Dibalik kesuksesan beliau, sosok ibundanya menjadi penentu dengan izin Allah SWT. Kata-kata; "Jadi sana imam Masjidil Haram." "Semoga kamu jadi imam Masjidil Haram." Selalu menghiasi perilaku anaknya, saat ibunya memanggil dan memarahi anaknya.
Baca juga: Ingin Selamat Dunia-Akhirat, Jangan Sepelekan Nasihat Luqman
Usia empat tahun, Sudais diajak bapaknya shalat di Masjid Al Haram. Namanya anak-anak, bukan shalat serius. Tapi, Sudais memiliki kelebihan. Setiap kali shalat ia berdiri di depan dan memperhatikan gerakan imam dan bacaan shalatnya. Setiap waktu shalat ia praktikkan. Hingga Sudais besar, ia mulai hafal bacaan Al Quran yang sering didengarnya. Pada usia 12 tahun, Sudais sudah hafal 30 juz Alauran.
Syaikh yang lahir tahun 1382 H tersebut diangkat menjadi imam dan khotib tetap Masjid Al Haram di Makkah, persisnya 23 tahun. Menginjak usia 56 tahun (sekarang 63 tahun), masih menjalani imam dan khotib masjid. Ia juga pernah menjadi pengajar di Universitas Umm Al Quro, dan menjadi ketua umum pengurus Masjid Nabawi dan Masjid Al Haram. Baarokallohu fiikum.
Baca juga: Saat Lapang dan Sempit, Rezeki Itu Ujian
Secuil kisah yang nyata tersebut, menjadi pelajaran bagi para orangtua atau siapa saja dalam mendidik anak-anak di rumah maupun di sekolah atau juga di lingkungan masyarakat. Kebaikan tidak akan pernah bernilai kerugian. Namun sebaliknya, keburukan sudah jelas akan berakhir kepada kerugian. Seburuk apapun kondisi kita dan anak-anak kita, menjadikan kita tetap istiqomah untuk berdoa yang baik-baik. (Dinukil dari Buku Sepotong Paha dari Aisyah, penulis Mursalin Yasland)