Home > Risalah

Sifat Sombong Berujung Binasa dan Celaka

Kisah pemilik kebun buah-buahan yang sombong dan pelit tidak mau berbagi dengan orang lain, berakhir kebunnya hangus terbakar.
Kebun kurma di Madinah. (Foto: SumaraLink.id/Mursalin Yasland)
Kebun kurma di Madinah. (Foto: SumaraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id – Allah Subhanahuwata’ala (SWT) menciptakan manusia dengan sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Kesempuranaan ciptaan-Nya ini beragam, memiliki kelebihan (keutamaan) dan kekurangan (kekhilafan). Kelebihan yang dianugerahi Allah SWT tidaklah dijadikan ajang kesombongan (ujub) di hadapan sesama ciptaan-Nya.

“... dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka,” (QS. Maryam: 32).

Demikian pernyataan Allah SWT langsung kepada Nabi Isa ‘alaihissalam (AS), yang memiliki mukjizat besar dapat berbicara sewaktu bayi, dapat menyembuhkan orang sakit, dan juga dapat menghidupkan orang mati dengan izin Allah.

Nabi Isa AS salah satu contoh, sikap yang patut diteladani terhadap perilaku, untuk apa menyombongkan diri atau berbangga diri dengan kelebihan (mukjizat) yang dimiliki dibandingkan dengan sesama umatnya di zamannya. Nabi Isa As sadar dan mengakui bila kelebihan yang dianugerahi Allah kepadanya justru sesungguhnya berasal dari Yang Maha Kuasa.

Sebagai orang pilihan Allah SWT yang memiliki mukjizah, tidak lantas ia menyombongkan dan berbangga diri terhadap kaummnya. Dengan mukjizat itu, justru Nabi Isa AS tetap merendahkan hati di hadapan Allah SWT. Ia mengakui hanya hamba Allah, ia terus taat beribadah kepada-Nya, dan berbakti kepada orang tuanya.

Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) bersabda, “Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia,” (HR. Muslim).

Baca juga: Mengulik Kisah Haru Ibu dan Anaknya Isa Putra Maryam

Kesombongan ini jelas perkaranya yakni orang yang menolak kebenaran dan patuh menurut hawa nafsunya. Bila ada kebenaran atau nasehat untuk kebaikan ia lebih mengutamakan mementingkan hawa nafsunya dibandingkan menerima masukan atau pendapat dari kebenaran itu sendiri. Jangan sampai kita masuk dalam jajaran orang sombong seperti ini.

Ulama salaf mengartikan sombong dan celaka ini, sesuatu perbuatan bertentangan dengan fitrahnya yakni buruk akhlaknya dan berbangga diri. Bila ia tidak taat dan tidak berbakti kepada orang tua, maka ia disebut orang sombong.

Baca juga: Belajar Doa dari Ibunda Jaber dan Sudais

Seorang nabi atau rasul saja yang memiliki keutamaan dalam hidup di dunia ini, tidak menjadikannya untuk berbangga diri atau menyombongkan diri terhadap sesamanya, apalagi sampai menentang perintah Allah SWT. Apalagi umat manusia pada umumnya yang sangat lemah dibandingkan dengan para nabi dan rasul.

× Image