Andai Engkau Tahu, Niscaya Sedikit Tertawa Banyak Menangis
Sedikit tertawa dan banyak menangis. Ya, dahsyatnya siksa kubur, membuat kita terletih menunggu penantian panjang menjelang hari kiamat. Bahkan saat alam mahsyar pun membuat kita lebih berletih lagi menuju dua kampung; surga dan neraka.
Sedikit tertawa dan banyak menangis. Panasnya sinar matahari yang didekatkan di kepala kita di padang mahsyar, membuat keringat kita membanjiri tubuh kita. Tidak ada naungan, kecuali naungan Allah SWT.
Baca juga: Mengulik Kisah Haru Ibu dan Anaknya Isa Putra Maryam
Panas terik di dunia yang kita rasakan, baru sebatas uap api neraka, namun kita sudah gerah dan perlu naungan payung, topi, kendaraan mobil, dan pendingin, serta minuman segar.
Belum lagi, sedikit tertawa dan banyak menangis, tatkala melintas ujian di titian shirat, yang akan menentukan hidup kita kekal dan abadi di alam sesungguhnya.
Baca juga: Sifat Sombong Berujung Binasa dan Celaka
Lalu, pantas juga kita sedikit tertawa dan banyak menangis tatkala sidang di Mahkamah Hari Kiamat, bukan mahkamah dunia yang masih bisa kita sogok atau nepotisme. Tak ada lagi yang bisa disembunyikan dan dimanipulasi pada hari tersebut. Semua akan terbuka dengan transparan, meski sebesar biji zarroh pun kita perbuat di dunia akan bersaksi.
Menangislah, menangislah, dan terus menangislah... Bukan berarti cengeng atau tidak ada harapan. Karena sesungguhnya Allah SWT sudah berfirman, "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku," (QS. Adz-Dzariyat (51): 56).
Abu Sa’id al-Khudri ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Bila jenazah telah diletakkan (di atas keranda) dan dipikul oleh orang-orang yang mengantarkan, jika ia seorang yang shalih maka akan berkata, “Segerakan aku!” Namun jika ia seorang yang tidak shalih, ia akan berseru, “Aduh celaka, kemana mereka hendak membawaku?” Seruan tadi didengar oleh seluruh makhluk kecuali manusia. Bila manusia mendengarnya, niscaya mereka akan pingsan seketika.” (HR. Bukhori Nom 1253 dan 1314).
Memang layak kita menangis dan sedikit tertawa. Sebab, semua itu pasti terjadi. Terjadi ya, dan semua akan menemuinya, tanpa terkecuali. Tinggal lagi kita, kita semua umat di dunia ini, sampai kapan kita terlelap “tidur nyenyak” di dunia dan “terbangun” di alam kubur. (Dinukil dari Buku Sepotong Paha dari Aisyah, penulis Mursalin Yasland)