Berobat Kanker Hanya dengan Senyuman
Hari itu, Satrio ceria. Tak ada lagi rasa sakit yang diceritakan kepada penjenguknya di ranjang pesakitan. Satrio kerap melempar senyum dan berpura-pura sehat ketika ditanya orang. Hal itu ditunjukkan raut wajahnya yang cerah. Tidak ada lagi mimik muka sedih dan kerut meratapi penyakitnya.
Biasanya penjenguk yang menghibur si pasien, tapi kali ini pasien Satrio yang membuat hiburan kepada rekan dan sejawatnya saat membesuk.
Bergurau, tertawa, dan bercanda tentang segala hal kepada penjenguknya membuat suasana lain dari sebelumnya. Padahal, keluarga dan rekan sejawatnya sudah tahu penyakit Satrio masih gawat belum pulih. Tapi, biar suasana kondusif pembesuk tetap menimpali gurauan dan candaan Satrio dengan legowo.
Benar saja, tulis Ustadz Bobby Herwibowo, rupanya banyak penyakit yang muncul dari tubuh kita karena persepsi otak kita yang membuatnya. Saat sering menatap dan menyesal, kondisi tubuh Satrio bertambah buruk. Namun, saat ia rela dan bahagia atas musibah penyakit yang menimpanya, maka ia pun dengan cepat kembali sembuh.
“Tidak disangka, hanya dalam tempo kurang dari 3 bulan penyakit kanker getah bening itu telah sirna dari tubuhnya. Banyak kerabat dan keluarga yang tidak percaya atas apa yang terjadi pada diri Satrio. Maka di antara mereka ada yang bertanya kepada Satrio, bagaimana cara ia mendapati kesembuhan,” kata Ustadz Bobby.
Menanggapi pertanyaan itu, Satrio menjawabnya, “Kalau kita mengubah tangisan menjadi senyuman, pasti yang kelam pun menjadi terang!”
Satrio tersenyum, dan senyumannya menjadi kesembuhan atas penyakit kanker getah bening stadium 3B. Never give up, my friends! Tersenyumlah, maka senyummu menjadi sebuah keberuntungan. Semoga terinspirasi dari kisah unik Satrio ini. (Mursalin Yasland)