Alam Ini Rusak karena Ulah Tangan Manusia
Lalu, kemana kita selama ini? Seruan azan memanggil dari corong masjid dan musholla termasuk di televisi dan radio setiap lima waktu kita lalai. Kesibukan dunia menjadikan kita selalu mendewakan pekerjaan demi memeroleh seungguk kenikmatan duniawi semata. Kita lupa dengan Sang Pencipta, kita lupa yang sang Pemberi Rezeki, kita lupa pula dengan Pengatur Alam Semesta ini.
Masjid-masjid yang berdiri di kampung dan kota yang megah itu sepi jamaah. Generasi muda umat ini dapat dihitung dengan jari berada di masjid shalat berjamaah, apalagi waktu Subuh. Diri kita tidak mau dikatakan orang kafir. Padahal pembedanya ada shalat. Kita tidak mau dikatakan orang munafik. Padahal, ciri orang munafik tersebut, sangat berat melakukan shalat, apalagi shalat Isya dan Subuh.
Masih banyak sekolah dan kantor tidak melazimi sholat berjamaah di masjidnya tatkala waktu zuhur dan ashar tiba. Bahkan, masjid dan musholla-nya pun tak terdengar suara azan memanggil tanpa waktu shalat. Alasannya mengganggu rutinitas sekolah dan kantor.
Pedagang di pasar masih banyak yang lalai dengan waktu shalat ketika suara azan dari masjid terdengar. Perdagangan dunia mereka telah melalaikan mereka dari mengingat Allah SWT. Padahal, bukankah perdagangan akhirat itu lebih utama dibandingkan perdagangan dunia.
Baca juga: Puasa Syawal 'Lebih Berat' dari Ramadhan, tapi Pahalanya Luar Biasa
Kita teperdaya dengan ambisi kita. Masjid-masjid dibangun, masjid direnovasi, masjid ditinggikan dan dibaguskan. Kita berlomba-lomba meninggikan bangunan masjid, karena kita hanya melihat saat shalat Jumat dan shalat tarawih setahun sekali saja. Masjid sempit, jamaah tak tertampung. Takmir masjid harus rapat lagi untuk mengatasi sempitnya masjid.
Kita selalu lupa dengan shalat lima waktu, shalat fardhu atau wajib sehari semalam yang harus dikerjakan umat Muslim yang sudah akil baligh. Bahkan ada selentingan orang Islam yang menyatakan, “Kalau shalat wajib bisa dikerjakan di rumah, sudah biasa. Tapi kalau zikiran dan istighosah, jarang-jarang baru ke masjid.”
Padahal masjid dibangun dan didirikan agar umat ini bisa beribadah di dalamnya, bukan di rumah. Lagi pulau seruan azan memanggil shalat itu datangnya dari masjid dan musholla. Betapa kerasnya hati kita menolak atau melalaikan seruan azan yang notabene panggilan Allah SWT. Isi seruan azan itu, kalau kita resapi, “Marilah kita shalat.” Marilah menuju kemenangan.”
Alhadulillah, masjid-masjid penuh saat shalat jumat, karena kewajibannya. Sebagian besar meninggalkan urusan duniawinya baik sekolah, kantor, ataupun pedagang. Tapi masih banyak juga yang terus melanjutkan aktivitas duniawinya, tanpa merasa berdosa tidak shalat jumat, karena tidak ada uzur syar’i.