Home > Risalah

Bak Setetes Air Jatuh di Samudra, Maka Berkurbanlah

Berkurban tak memandang kaya atau miskin, tapi mau atau tidak persoalannya. Bila tak mampu karena mahal, masih banyak jalan menuju kebaikan.
Peternak kambing di Pinang Jaya, Kemiling, Bandar Lampung panen rezeki menjelang Idul Adha 1445. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland) 
Peternak kambing di Pinang Jaya, Kemiling, Bandar Lampung panen rezeki menjelang Idul Adha 1445. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id – Berkurban bagi umat Muslim salah satu wujud rasa bersyukur atas nikmat Allah Subhanahuwata’ala (SWT) kepada hamba-Nya semasa hidup. Nikmat hidup yang tak berbilang dari Allah SWT selama hidup, tak sebanding dengan uang atau harta yang dikeluarkan seseorang. Ibaratnya, setetes air dari telunjuk kita jatuh di samudera.

Tepatlah kiranya dalam firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Kautsar (108): 2, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.” Satu ayat sebelumnya, Allah SWT telah menyatakan, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”

Dua ayat ini menegur kita semua yang mengaku beriman kepada Allah. Nikmat apalagi yang kita dustakan. Setelah kita beriman dan berislam, tentunya mengerjakan shalat. Amalan kedua setelah shalat kita disuruh atau diperintahkan untuk berkurban (menyembelih hewan).

Jauh sebelum Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) diutus Allah di muka bumi ini, Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS) telah mengawalinya dengan mengurbankan anak kesayangannya Ismail AS.

Padahal, ia dan istrinya Siti Hajar memiliki anak bernama Ismail tersebut sangat lama hingga Ibrahim berusia tua 86 tahun, akan tetapi setelah Ismail dewasa mau dikurbankan atau disembelih.

Baca juga: Jangan Buat Hewan Kurban Stres Sebelum Disembelih

Betapa pengorbanan yang begitu luar biasa Nabi kholilullah (kekasih Allah, julukan Nabi Ibrahim), hanya karena perintah Allah Yang Maha Kuasa.

Kita yang hidup di zaman serba mudah dan cepat ini, masih saja sebagian orang banyak yang bermuram durja menyepelekan makna berkurban. Berkurban di bulan Dzulhijjah hanya setahun sekali. Belum tentu tahun depan kita akan bertemu lagi dengan bulan yang disayang Allah SWT.

Kesempitan dan kelapangan di dunia, tak sebanding dengan nikmat hidup yang telah Allah berikan kepada kita di dunia hingga mencapai umur kita saat ini.

Baca juga: Nabi Muhammad SAW Sultan Sejati, Berkurban 100 Unta

Kisah seorang nenek yang viral di media sosial, menjadi pelajaran berharga yang dapat dipetik bagi semua orang Islam. Bahwa kesempitan kehidupan, kekurangan harta, ketidakcukupan fasilitas rumah tidak menyurutkan nenek tersebut untuk berkurban seekor kambing.

Nenek itu tak henti setiap musim haji tiba, ia berkurban seekor kambing. Awalnya, ia berkurban dengan cara menabung di ‘dompet’ kain bertali dari hasil memulung sehari-hari. Selanjutnya, ia berkurban kambing dari hasil ternak kambingnya sendiri sampai hari ini.

× Image