Alquran, Manual Book Selamat Menuju Kampung Akhirat
Di akhir Surah Yusuf ayat 2 disebutkan, “Agar kamu memahaminya.” Jadi, Alquran tidak hanya bisa ditafsirkan dengan akal semata sesuai dengan kehendak hawa nafsu; yang cocok diambil sedangkan yang tidak cocok dengannya dibuang atau diselewengkan maknanya. Artinya, hukum yang dibuat oleh akal dan hawa nafsu manusia, akan mengeyampingkan hukum Allah yang telah dirisalah oleh Rasulullah SAW.
Analoginya, tak mungkin seorang anak balita mampu membetulkan mobil yang mogok, meski pun ia berakal. Sama halnya orang menganalisa sesuai dengan kehendak akal dan hawa nafsunya terhadap persoalan yang tidak terjangkau dengan akal dan pikiran manusia, apalagi berkenaan dengan hal yang ghaib. Artinya, tidak ada sebuah perbaikan kecuali mengikuti syariat Allah yang terkisah di dalam Alquran dengan membenarkannya bukan menyangkalnya.
Baca juga: 15 Hari Nabi Muhammad SAW Bermuram Durja, Apa Masalahnya?
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi, yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling kepadanya. Dan sebagian besar mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain),” (QS. Yusuf:105-106).
“Maka, tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (mendustakan rasul), dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang bertakwa,” (QS. Yusuf:109).
Baca juga: Manusia Bisa Jadi Kera dan Babi, Benarkah?
Maka itu, bagi orang yang berakal mampu memahami apa yang tersurat dan tersirat dalam kisah Alquran yang terjadi pada orang sebelum mereka. Sehingga dengan akal dan pikiran (fikroh) yang sehatlah mampu menyelamatkan diri kita dengan bekal ketakwaan mengarungi perjalanan hidup di muka bumi ini, hingga menuju kampung akhirat yang kekal selamanya.
Untuk itu, bekal ilmu pengetahuan dunia semata ternyata tak mampu membawa diri kita menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Padahal, sesungguhnya kampung akhirat adalah tujuan sebenar-benarnya kebahagiaan dalam hidup ini. Allahua’lam bishawab. (Mursalin Yasland)