Home > Historia

Menelisik Jejak Islam Masuk Wilayah Lampung

Penggalian sejarah masuknya Islam diteliti dari sumber berita, sumber tertulis, dan koleksi yang ada di museum.

Sejumlah artefak dan naskah kuno menjadi referensi masuknya Islam di Lampung. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Sejumlah artefak dan naskah kuno menjadi referensi masuknya Islam di Lampung. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

Kemudian, Piagam Bojong atau Prasasti Bohdalung. Budi menuturkan, prasasti Bohdalung beraksara Arab dan Jawa Banten dengan ukuran 37 cm, lebar 22,5 cm dan tebal 5 mm, terdiri dari 32 baris (12 alenia).

"Isinya tentang kesultanan Banten dan hubungan dagang komoditi lada Banten-Lampung," katanya.

Prasasti Bojong (Bohdalung) ditemukan Abu Bakar Hasihan di Desa Bojong. Saat itu, prasasti itu dimiliki Dalom Rusdi, dan museum Lampung sudah membuat replikanya tahun 2005 dan di kawasan purbakala Pugung Raharjo di Kabupaten Lampung Timur.

Aksara Lampung dan Arab

Tak hanya itu, museum Lampung juga memiliki koleksi naskah kuno, seperti naskah yang ditulis di kulit kayu dengan aksara Lampung dan Arab. Selain itu, ditemukan Mushaf Alquran tulisan tangan serta kitab Nahwu dan Fiqih, yang ditulis di kertas dan kulit kayu dengan aksara Lampung dan Arab.

Baca juga: Rumah Panggung Ratusan Tahun Jadi Saksi Budaya Melinting Lampung

"Namun, sayang dari tulisan atau aksara tersebut tidak menampilkan angka tahunnya," ujar Budi.

Koleksi museum Lampung yang mencorakan Islam juga dapat dilihat dari seni hias kaligrafi dan peralatan sehari-hari rumah tangga, serta alat pernikahan, seperti mangkok, talam, piring, teko, dan lehar. Belum lagi, numismatika dan heraldik seperti stempel, medali, dan uang logam. Namun, lagi-lagi, tulisan atau aksara dalam benda-benda tersebut justru tidak menampilkan angka dan tahunnya.

Baca juga: Kain Motif Celugam Khas Lampung Barat Tetap Bertahan

Kejayaan agama Islam, kembali tersebar sejak dibangunnya sebuah masjid (dulu bernama Surau) pada tahun 1839, sebelum Gunung Krakatau meletus pada Agustus 1883. Saat gunung berapi purba di perairan Selat Sunda tersebut meletus, surau tersebut ikut terdampak hancur.

Surau yang sekarang namanya menjadi Masjid Jami' Al Anwar dibangun kembali dalam beberapa masa. Pemugakan dilakukan sejak zaman kolonial, awal kemerdekaan, dan masa orde baru. Kini, masjid bersejarah tersebut masih berdiri kokoh, dan juga masih menjadi tempat ibadah umat Islam di kota Bandar Lampung. (Mursalin Yasland)

× Image