Home > Kisah

Sepenggal Cerita dari Negeri Habasyah

Raja Najasyih berikrar bahwa ia lebih baik meninggalkan gunung emas daripada menyakiti salah satu kaum muslimin yang hijrah ke negerinya.

Mereka tinggal di Habasyah 15 tahun dan tidak kembali ke Makkah kecuali setelah Perang Khaibar. Mereka dijamin oleh Raja Najasyih, meski penduduknya mayoritas Agama Nashrani, termasuk rajanya. Tapi Najasyih tetap memperlakukan penduduknya secara adil dan bijaksana, berbeda dengan raja-raja lainnya yang saat itu berkuasa.

Selama itu kaum muslimin yang tadinya beragama secara sendiri-sendiri dan menanggung akibat dari berpindahnya akidah ke Islam oleh kaum quraisy menjadi kuat. Jaminan Raja Najasyih dan ramahnya penduduk negeri Habasyah nonmuslim, menjadi kekerabatan kaum muslimin semakin kokoh. Apalagi saat itu turun wahyu yakni Surat Maryam dan Al-Kahfi.

Hijrahnya sepertiga kaum muslimin mengguncang kaum quraisy. Mereka marah besar. Mereka khawatir karena peperangan tidak lagi berada di dalam Makkah, tapi peperangan akan merambah ke negeri di luar Makkah.

Berbagai cara dilakukan untuk mengambil kaum muslimin di Habasyah. Penguasa kaum quraisy mengutus Amru bin Ash untuk menemui Raja Najasyih. Dari dulu Amru memang teman dekat Najasyi, tak salah penguasa quraisy mengutusnya untuk membujuk raja Habasyah menyerahkan kembali penduduk Makkah yang hijrah tersebut.

Dengan pemberian hadiah yang banyak kepada Raja Najasyih, Amru bin Ash memberikan prolog dan argumentasi kepada raja terkait kedatangannya ke singgahsana Habasyah.

“Wahai sang raja! Mereka adalah orang-orang bodoh yang meninggalkan negeri kami. Ayah-ayah mereka, ibu-ibu mereka menangis karena ditinggalkan mereka. Mereka telah mengutusku agar mereka kembali kepada kami. Merekalah yang paling berhak memperlakukan anak-anak mereka,” seru Amru bin Ash.

“Ia benar,” timpal ajudan Raja Najasyih.

Sebagai raja yang terkenal jujur, adil dan bijaksana, Raja Najasyih tak serta merta menerima pernyataan dan seruan Amru bin Ash, termasuk komentar pengawalnya. Sejak zaman kenabian dulu, ternyata Raja Najasyih telah menerapkan kaidah konfirmasi atau verifikasi atau dalam Islam prinsip itu disebut tabayyun. Raja Najasyih tak langsung menerima dan memutuskan saat menerima informasi atau berita secara sepihak.

“Tidak. Demi Allah! Sebelum aku mendengar dari mereka,” katanya.

Ja’far bin Abi Thalib dan beberapa kaum muslimin lainnya tiba.

“Telah sampai kepadaku berita, kalian semua telah meninggalkan agama kalian, tetapi tidak mengikuti agamaku dan kalian telah datang ke negaraku. Apa maksud kedatangan kalian dan apa agama yang kalian anut tersebut,” tanya Raja Najasyih.

× Image