Home > Kisah

Sepenggal Cerita dari Negeri Habasyah

Raja Najasyih berikrar bahwa ia lebih baik meninggalkan gunung emas daripada menyakiti salah satu kaum muslimin yang hijrah ke negerinya.

Ja’far bin Abi Thalib menjadi pembicara mewakili kaum muslimin lainnya. Ia maju di depan raja. Paparannya:

“Dahulu kami adalah kaum jahiliyah yang menyembah berhala, memakan bangkai, menyalahi perjanjian, memutuskan hubungan bertetangga, yang kuat diantara kita memakan yang lemah. Lalu, datang seorang laki-laki diantara kami yang kami ketahui nasabnya, kejujurannya, amanahnya, kehormatannya. Ia memerintahkan kepada kami untuk berkata yang jujur, menunaikan amanah, menyambung silaturrahmi, berbuat baik kepada tetangga, dan melarang kami dari perbuatan-perbuatan keji, ucapan-ucapan dusta, memakan harta anak yatim.”

“Kaum kami memusuhi dan memaksa kami, menganiaya kami, menyiksa dan menyakiti kami. Nabi kami bersabda, ‘Pergilah kamu ke Negeri Habasyah!’ Sesungguhnya di sana ada raja yang tidak menzalimi seorang pun.’ Kami pun pergi dari negeri kami ke negerimu. Kami memilih kamu daripada yang lainnya. Dan kami mengharap tidak dizalimi di negerimu .”

Raja Najasyih terperana mendengar penjelasan Ja’far bin Abi Thalib.

“Apakah engkau membawa sesuatu dari Nabi kamu?” tanya Raja Najasyih.

Ja’far membaca beberapa ayat Quran Surat Maryam (ayat 16-31). Raja Najasyih semakin terperangah dan meneteskan air mata mendengar ayat suci Alquran tersebut. Lalu ia menuturkan:

“Sesungguhnya apa yang engkau baca dengan apa yang dibawa Isa al-Masih keluar dari sumber yang satu (wahyu Allah). Pergilah kalian semua. Demi Allah! Aku tidak akan menyerahkanmu selamanya.”

Kepada Amru bin Ash, “Wahai Amru, sekarang pergilah! Demi Allah! Aku tidak akan menyerahkan mereka selamanya,” tegas Raja Najasyih.

Amru tak putus asa. Ia berjanji untuk kembali lagi dan membujuk sang raja.

“Wahai sang Raja, mereka telah mengatakan hal senonoh kepada Isa bin Maryam,” kata Amru ketika menghadap Raja Najasyih yang kedua kalinya.

× Image