Home > Historia

Kisah Pelik Dibalik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sutan Syahrir menyatakan, satu-satunya pemimpin yang berwibawa memproklamasikan kemerdekaan adalah Soekarno. Hanya Soekarno yang mempunyai cukup pengaruh pada rakyat.

Dari pantauan itulah, Soekarno yakin Jepang belum menyerah dan menolak ajakan dan usulan Syahrir agar melaksanakan proklamasi kemerdekaan hari itu juga. Bahkan ada rekan Dr Halim datang menyatakan bahwa Jepang sudah menyerah, malah Soekarno memarahinya. “Halim, je liegt (kamu bohong)!” kata Soekarno.

Syahrir muram bercampur marah dan sedih saat pulang ke rumah. “Bagaimana Soekarno ini, ia lebih percaya kepada Jepang daripada kepada saya, sebagai orang Indonesia yang sudah lama dikenalnya dalam perjuangan?” gumam Syahrir.

Aboe Bakar ke rumah Chairul Saleh. Dari sini dikumpulkan para pemuda di Laboratorium Wilhemina Jl Pegangsaan 15 Jakarta untuk menyebarkan berita proklamasi. Di sini berkumpul sejumlah pemuda ada yang anti dan pro Jepang, dan juga penjilat. Tapi, kumpulan pemuda ini tetap bersatu untuk cita-cita kemerdekaan.

Rapat yang dipimpin Chairul Saleh berisi tiga putusan: Pertama, mendesak Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan hari itu juga. Kedua, menunjuk Wikana, Darwis, dan Soebadio agar menemui Soekarno dan Hatta untuk keperluan di atas, dengan penjelasan supaya proklamasi jangan dilakukan melalui PPKI karena badan itu bikinan Jepang. Ketiga, membagi tugas kepada mahasiswa dan pelajar serta pemuda di seluruh Jakarta untuk mempersiapkan diri merebut kekuasan dari Jepang.

Putusan ini kontrakdisi dengan kehendak Soekarno dan Hatta yang akan memproklamasikan kemerdekaan melalui PPKI atau Jepang. Keberadaan Soekarno dan Hatta sangat penting dalam proklamasi kemerdekaan, tapi persoalannya Soekarno dan Hatta belum yakni Jepang kalah dari Sekutu.

Upaya pemuda gagal, setelah utusannya menemui Soekarno tidak membuahkan hasil, yang ada Soekarno marah-marah dan tidak mau dipaksa-paksa oleh pemuda. Para pemuda kembali ke Asrama Baperpi di Cikini, dan juga marah. Mereka berharap Soekarno dan Hatta “diangkat” saja.

Tiba-tiba datang tiga orang berseragam PETA Sukarni, Yusuf Kunto, dan Shodancho Singgih. Mereka bicara agitasi semangat rakyat yang sedang meluap. Esok paginya, Soekarno-Hatta dan Ibu Fatmawati juga Guntur (masih bayi) dibawa ke Rengasdengklok ke Asrama PETA. Pada 16 Agustus 1945 memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Rengasdengklok, menurunkan bendera Hinomaru, dan mengibarkan bendera Merah Putih, orang-orang Jepang di tempat itu ditangkap.

Di Jakarta, Syahrir telah menyiapkan naskah proklamasi. Tadinya naskah ini dibacakan pada 15 Agustus tapi gagal, padahal sudah disebarkan ke berbagai kota. Semua rekan di berbagai kota diberitahu proklamasi gagal pada 15 Agustus. Tapi di Cirebon belum dapat kabar, Dr Soedarsono menyelenggarakan upacara proklamasi kemerdekaan di Cirebon. Soedarsono membacakan naskah proklamasi yang dibuat Syahrir. Dari upacara itu, Soedarsono terpaksa bersembunyi karena dicari-cari Kenpeitai.

× Image