Si Pending Emas, Berjuang dengan Senjata Pena
Herlina bertekad harus berbuat besar bagi nusa dan bangsa, ini salah satu bentuk makna hidup yang ingin dia capai. Sejak SMP ada niat besar terkandung dalam dirinya. “Aku ingin berpetualang, berkeliling Indonesia, mengenal banyak tentang negeri ribuan pulau dan ratusan suku bangsa,” katanya.
Sejak usia 18 tahun, Herlina mulai berkeliling Indonesia. Berangkat dari Jakarta terus ke Merak (Banten), Panjang (Lampung), dan keliling Sumatra dan daerah kepulauannya, lalu berakhir di Pulau Belitung.
Lalu menyeberang ke Pulau Kalimantan dan berakhir di Pulau Laut. Kemudian menyeberang ke Sulawesi sampai Sanghihe dan Talaud, dilanjutkan mengelilingi pulau-pulau di Maluku. Kemudian ke Nusa Tenggara Timur termasuk Timor Portugis (yang sekarang Timor Timur). Terus ke Nusa Tenggara Barat, Bali, Madura, dan terakhir keliling Pulau Jawa.
Rute ringkas perjalanannya itu telah berlangsung selama tiga tahun sejak tahun 1959. Apakah sudah puas atau belum dengan hasil keliling nusantara itu? Jawabannya, bisa ya bisa tidak. Herlina memandang ada rasa cinta dan ada rasa pedih melihat nasib negeriku.
Rasa cinta, karena ia melihat negerinya sangat luas dan permai, sebagai ladang luas baginya untuk hidup dan berbakti. Rasa pedih, ia melihat tanah airnya yang telah merdeka sejak 17 Agustus 1945, masih ada pemberontakan-pemberontakan seperti DI/TII, Permesta, PRRI.
Selain itu, ia pedih hatinya melihat penjajah Belanda masih bercokol mengangkangi Irian Barat yang bagian Negara Kesaturan Republik Indonesia (NKRI). Disamping itu, masih sedih melihat berbagai penyelewengan politik, ekonomi dan sosial yang makin jauh dari cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Aku menyadari semakin banyak berkeliling tanah air, aku belum sepenuhnya mengelilingi tanah airku Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Bagaimana aku bisa bangga dengan perjalananku? Tidak! Inilah yang memicu dan memacu diriku dalam hidup ini untuk memperjuangkan dalam pengembalian Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi: Indonesia,” ujarnya.
Ia ingin menjadi gerilyawati yang ikut terjun dan bergrilya dalam rimba hutan belantara Irian Barat. Tekad ini menjadi benih dalam hatinya dan dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam dirinya.